”Allah Subhaanahu Wa Taala menerangi alam lahir dengan cahaya makhluk-Nya, dan menerangi kedalaman batin dengan cahaya sifat-Nya. Karena itulah cahaya alam lahir terbenam, sementara cahaya hati dan kedalaman batin tak akan terbenam.
Maka katakanlah, ”Sesungguhnya matahari siang terbenam ketika malam, tetapi matahari hati tak pernah terbenam.” (Anaara-zhawaahiri bi-anwaari atsaarihi, wa anaara-ssaraa’ir bi-anwari awshaafihi, li-ajli dzalika afalat anwaru-zhawaahiri walam ta’ful anwaaru-quluubi wa-ssaraa’ir. Lidzalika qiila: ”Inna syamsa-nahaari taghrubu bilail wa syamsal-quluubi laitsat taghiibu) Ibnu ’Atha’illah dalam Al-Hikam.
Sesuatu yang bersifat lahiriah bisa sirna dan tenggelam oleh waktu, namun cahaya hati dan kedalaman batin tak pernah terbenam. Pada setiap perbuatan dan wujud selalu mengandung makna dan sifat, ia hanya bisa dipahami oleh mereka yang mempunyai hati yang yang tercerahkan oleh pancaran cahaya Ilahi. Jadi, realitas-realitas lahiriah bisa berubah atau bahkan menghilang oleh ruang dan waktu, namun kesadaran batin selalu berkembang dan bersifat abadi. Tinggal bagaimana kita melakukan riyadhah agar bisa menerima pancaran cahaya Ilahi dengan mudah dan tercerahkan. Mari kita memulai dengan tarikan nafas setelah membaca posting ini.
Maka katakanlah, ”Sesungguhnya matahari siang terbenam ketika malam, tetapi matahari hati tak pernah terbenam.” (Anaara-zhawaahiri bi-anwaari atsaarihi, wa anaara-ssaraa’ir bi-anwari awshaafihi, li-ajli dzalika afalat anwaru-zhawaahiri walam ta’ful anwaaru-quluubi wa-ssaraa’ir. Lidzalika qiila: ”Inna syamsa-nahaari taghrubu bilail wa syamsal-quluubi laitsat taghiibu) Ibnu ’Atha’illah dalam Al-Hikam.
Sesuatu yang bersifat lahiriah bisa sirna dan tenggelam oleh waktu, namun cahaya hati dan kedalaman batin tak pernah terbenam. Pada setiap perbuatan dan wujud selalu mengandung makna dan sifat, ia hanya bisa dipahami oleh mereka yang mempunyai hati yang yang tercerahkan oleh pancaran cahaya Ilahi. Jadi, realitas-realitas lahiriah bisa berubah atau bahkan menghilang oleh ruang dan waktu, namun kesadaran batin selalu berkembang dan bersifat abadi. Tinggal bagaimana kita melakukan riyadhah agar bisa menerima pancaran cahaya Ilahi dengan mudah dan tercerahkan. Mari kita memulai dengan tarikan nafas setelah membaca posting ini.
0 comments:
Post a Comment